Welcome to Ubud Kelod

Banjar Ubud Kelod adalah banjar yang dilahirkan dalam suasana pedesaan dari tahun 70-an keatas. Kehidupan masyarakatnya pada saat itu lebih banyak bertani, berkebun, beternak dan pertukangan. Khusus dengan kegiatan melukis, memahat, mematung, menari dan lebih banyak mengkhususkan diri pada upacara keagamaan yang bernuansa religius. Dengan perpaduan adat, budaya dan seni yang bernafaskan Agama Hindu.

28 Agustus 2008

Susunan Pengurus Banjar Ubud Kelod




KELIAN ADAT

Drs. I Nyoman Yoga, SH





Wakil Kelian/Penyarikan
Dewa Made Adnyana




Wakil Kelian/Bendahara
I Gusti Agung Oka





Pawedal Piodalan Pura Desa, 5 Oktober 2008

Indik pawedal sane ngayah mamungkul keni Rp. 75.000,-
Indik pawedal sane ngayah Pangempi keni Rp. 50.000,-
Indik naub pengempi keni jinah Rp. 150.000,-
Sane naub memungkul keni jinah Rp. 200.000,-

Indik pawedal merupa jinah puniki mangda sampun katur ngawit ngayah ring pawilangan 30 september 2008. Ida dane Krma Desa istri sami sampun tedun ngayah sawetara jam 8 semeng.





Kelian Desa Ubud Kelod
I Made Suwarsa

26 Agustus 2008

Pelatihan Sanggar Telematika Ubud Kelod I

Setiap Hari : Kamis & Sabtu
Pukul : 15.00 - 17.00 Wita
Tempat : Balai Banjar Ubud Kelod


Peserta Sanggar Telematika Ubud Kelod
1. Gusti Nyoman Gede ardana
2. Kadek Dwi Warna
3. I Kadek Udiara
4. Dewa Gede Adi Kumara
5. Gusti Ngurah Mulyawan
6. Arya Diana Putra
7. Gst. Ag. Asmara Kepakisan
8. I Wayan Suartika
9. I Wayan Sudartana
10. Ni Koming Yustini
11. Dewa Ayu Sri Darma Budi
12. Gst. Ag. Eva Junika
13. A. A. Sri Petriani
14. Putu Ayu Siumastami
15. Ni Kadek Listiari
16. Ni Wayan Wiliyanti

Susunan Pengurus Sanggar Telematika Ubud Kelod

Pelindung : Tjokorda Raka Kertiyasa (Bendesa Adat Ubud)

Pembina : Kelian Banjar Ubud Kelod
Kelian Desa Ubud Kelod
Prajuru Banjar/Desa Ubud Kelod
Telkom

Penanggung Jawab : I Ketut Masta

Sekretaris : Gusti Agung Putri Meiyani

Koordinator Pelatihan: Dewa Gede Resesiana

Seksi Prasarana : Gusti Nyoman Ardana

Seksi Operasional : Dewa Gede Adi Suryawan

Pelebon Puri Ubud & Ngaben Masal 2008

Salah satu dari kegiatan keagamaan di Ubud Kelod yang cukup penting ialah Pitra Yadnya yaitu Ngaben atau Pelebon. Di era 60, 70-an ngaben yang dilaksanakan di banjar Ubud Kelod adalah ngaben dadakan yaitu ngaben nganutin pedewasan setelah orang meninggal sampai dengan proses nyekah dan mendak nuntun.

Namun sejak tahun 1984 ngaben di Banjar Ubud Kelod dilaksanakan dengan cara masal yaitu disebut dengan ngaben masal/ngaben kerta masa didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan waktu, biaya dan tenaga. Apalagi jarak waktunya dengan rentang 4 tahun. Mengingat kegiatan-kegiatan adat keagamaan di Ubud Kelod dan Ububd pada umumnya sangat padat.

Untuk tahun ini jumlah sawa/penangga di Br. Ubud Kelod 23 sawa. Ditambah dengan beban adat di Puri lagi satu yaitu tokoh Bendesa adat yang notabene yang Br. Adatnya di Br. Adat Ubud Kelod jadi jumlah total layon di Br. Ubud Kelod 24 sawa.

Adapun tokoh besar dari Banjar kami yang wafat 28 April 2008 lalu dari segi padewasan mengikuti padewasan ngaben kerta masa. Jadi saat tanggal 15 Juli 2008 kami di pekraman Ubud akan mengadakan Pelebon dan Ngaben Kerta masa secara bersamaan. Untuk jumlah sawa di desa pekraman Ubud ±68 sawa, sedangkan di Puri Saren kauh Ubud sekarang sudah ada dua layon yang akan di pelebon. Dua layon yang sudah terbaring di dalam bendusa di bale gede Puri Saren Kauh yaitu Tjokorda Gede Agung Suyasa yang berbanjar adat di Banjar Adat Ubud Kelod dan Tjokorda Gede Raka yang berbanjar Adat di Ubud Kaja. Profil seorang Tjokorda


Gede Agung Suyasa ketika masih hidup adalah seorang yang tenang, berwibawa dan separuh lebih hidup beliau di Darma Bhaktikan bagi kegiatan keagamaan, yaitu Agama Hindu. Terutama dalam proses pengembangan fisik Parahyangan di seluruh Bali dan Kahyangan di luar Bali. Khususnya Pura Semeru di Jawa Timur. Beliau adalah warga Banjar Ubud Kelod yang menjabat sebagai Bendesa sampai akhir ayatnya. Dan mendapat penghormatan yang luar biasa dari tokoh-tokoh pemerintahan, adat dan wisatawan mancanegara. Secara realitas di dalam kehidupan adalah seorang raja, mempunyai wilayah dan raktyat tetapi beliau tidak mau mengatakan hal tersebut apalagi Negara kita bukan lagi berbentuk kerajaan. Untuk yang terlibat di dalam pelebon beliau melibatkan kurang lebih 70 bendesa adat dan banjar. Dari proses ngaturang bakti apa saja, membuat upakara pelebon atau maligia. Ngaturang sarana upakara seperti bambu, pisang, daun dan lain-lain termasuk ayahan angga, membantu proses pelebon dengan tenaga seperti membuat bade, lembu, naga banda, tragtag dan nyandang atau menggotong bade, lembu dan lain-lain ke tunon atau setra.

Ini satu bukti karena ketika beliau masih hidup pernah berpesan kepada putranya, jangan sampai beliau dimintakan bantuan atau ayahan untuk menjadikan beliau kembali ke toya, melainkan orang-orang (bendesa, prajuru banjar) berduyun-duyun nunas kekaryan ke Puri Saren Kauh (Puri Ubud) dengan tulus iklhas. Perlu diketahui bahwa Karya Pelebon yang diambil oleh Puri Ubud adalah tingkat Utamaning Utama. Pelebon besar dengan biaya besar dan tenaga yang sangat banyak, sehingga sangat sukar diikuti oleh orang-orang tertentu. Walaupun banyak punya uang, terkadang banten, bade, lembu, tenaga dan lain-lain harus Bali. Tidak demikian di Ubud, pelebon adalah karya agung yang dikerjakan dengan lascarya atau tulus iklas.



Untuk pelebon pada tanggal 15 Juli 2008 di Puri Ubud ada dua bade besar, karena ada dua layon. S
atu bale dengan ketinggian 26 meter satu lagi 22 meter. Arsitek bade atau pakoleman dari Puri Saren Agung Ubud Tjokorda Gede Raka Sukawati, SE. , beserta adik almarhum Tjokorda Raka Kertyasa, S.Sos. bersama arsitek akademis dan tokoh masyarakat, mendiskusikan bagaimana membuat satu bade yang inggi dan besar yang berisi dua layon. Arsiteknya mengatakan bisa, tetapi karena jalan di kiri kanan jalan raya Ubud sudah di trotoarisasi, maka hal itu tidak mungkin, karena memerlukan sanan atau alat penggotong yang lebar sampai ke trotoar. Beliaau pihak Puri beserta arsitek dan tokoh masyarakat Ubud ingin mengulang peristiwa tahun 1967 dimana pada saat itu ada layon kembar (2 layon). Dalam satu bade yang sangat besar dan tinggi, tetapi karena keadaan hal itu tidak bisa diwujudkan. Sesungguhnya peristiwan ini perlu dicatat oleh MURI, karena sangat langka di seluruh Bali atau di Dunia.

Tidak dapat dibayangkan, apa yang akan terjadi di Desa Pekraman Ubud pada tanggal 15 Juli 2008. Ribuan masa akan tumpah ruah ke Ubud, termasuk wisatawan mancanegara. Untuk menyaksikan pelebon dan ngaben Kerta Masa Ubud 2008. sehabis menyandang atau menggotong bade, lembu, naga banda ke tunon atau setra puri. Maka masyarakat Ubud akan berbalik menggotong/menyandang sawa di Banjarnya masing-masing, menuju setra Ubud. Jalan akan penuh sesak dan akan terjadi kemacetan. Belum lagi berbaurnya para kameramen, wartawan, photographer, akan memadatkan lalu lintas di Ubud.

Khususnya untuk Banjar Ubud Kelod, masyarakat yang mempunyai sawa akan mendapatkan bantuan pinjaman Rp. 10.000.000,- dari Koperasi Serba Usaha Guna Artha Werdhi Ubud Kelod tanpa bunga selama 10 bulan.





by. Arby

Profil Banjar Ubud Kelod

Banjar Ubud Kelod sudah berdiri sejak tahun 1959 merupakan pemekaran wilayah dari Banjar Ubud dari saat sebelumnya. Dari pemekaran ini maka terdapat banjar masing-masing ; Banjar Ubud Kelod, Banjar Ubud Tengah, Banjar Ubud Kaja dan Banjar Sambahan Ubud. Keempat banjar ini menjadi satu desa adat yaitu Desa Pekraman Ubud.

Banjar Ubud Kelod terdapat dijantung kota Ubud, Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Untuk menuju banjar Ubud Kelod bisa dicapai dari Ibu Kota Propinsi Bali yaitu Denpasar dengan jarak tempuh ± 24 km dan dari kota Gianyar bisa ditempuh dengan jarak ± 8 km.

Banjar Ubud Kelod adalah banjar yang dilahirkan dalam suasana pedesaan dari tahun 70-an keatas. Kehidupan masyarakatnya pada saat itu lebih banyak bertani, berkebun, beternak dan pertukangan. Khusus dengan kegiatan melukis, memahat, mematung, menari dan lebih banyak mengkhususkan diri pada upacara keagamaan yang bernuansa religius. Dengan perpaduan adat, budaya dan seni yang bernafaskan Agama Hindu.

Tetapi sejak tahun 80-an Ubud Kelod berganti wajah sejalan dengan pegaruh destinasi wisatawan dimana pada saat itu Ubud sudah diperkenalkan sekitar tahun 1930-an oleh Rudolf Bonet seniman lukis dari Belanda, Mario Banco, Arie Smith, Walter Spies dan Han Snell.

Akomodasi, rumah-rumah penginapan, home stay, bungalow, cottage, hotel melati, hotel berbintang dan villa-villa menjamur serta beberapa art shop, toko barang-barang seni kerajinan, gallery, warung makan dan restoran serta toko kaset, toko pakaian dan souvenir lainnya memenuhi Jalan Monkey Forest Ubud, Jalan Dewi Sita, Jalan Raya Ubud, Jalan Raya Campuhan, Jalan Karna, Jalan Arjuna dan Jalan Anggada Ubud yang merupakan jalan-jalan yang terletak di wilayah Ubud Kelod.

Dengan demikian dapat digaris bawahi dari kemajuan itu masyarakat Banjar Ubud Kelod khususnya dan Desa Pekraman Ubud pada umumnya masyarakatnya secara ekonomis kebanyakan merupakan konsumen dari lakunya produk sandang, pangan dan papan yang berdatangan dari seluruh penjuru Bali.

Banjar Ubud Kelod terdiri dari 289 KK yang terdiri dari wangsa Brahmana, Triwangsa dan Sudra. Dari jumlah itu 249 dari soroh Brahmana, Pra Dewa, Pra Gusti, Pasek, dll sedangkan sisanya sekitar 40-an adalah KK puri Seperti Puri Saren Kangin, Puri Saren Kauh, Puri Mahasari, Puri Ibah, Puri Saraswati, Puri Kumudasari, Puri Kelodan, Puri Muwa, Puri Abing dll.

Pada tahun awal Kelian Banjar Ubud Kelod adalah Ida Bagus Made Rubek, Kelian Banjar Adat yang kedua Bapak I Wayan Rena, yang ketiga Bapak I Wayan Suweca, dan Kelian Banjar Adat yang sekarang Drs. I Nyoman Yoga, SH. Sejak terbentuknya sistem Kelian Banjar Ubud Kelod merangkap jabatan Kepala Dusun. Oleh karena itu dalam status rangkap jabatan Kelian itu disebut Kepala Lingkungan.


by. Arby

Banjar Ubud Kelod

Yang khusus dan istimewa dari banjar Ubud Kelod adalah terbentuknya Desa Adat Ubud Kelod yang merupakan perpanjangan tangan Bendesa Adat/Pekraman Ubud di Bidang parahyangan, jadi yang mengurus dan mengamong kegiatan/wali keagamaan khususnya di Pura Desa Ubud adalah Pengurus Desa yang terdiri dari ; Kelian Desa yang sekarang dijabat oleh I Made Swarsa, Penyarikan/Sekretaris : I Gusti Ngurah Oka Negari, Bendahara : I Dewa Ketut Swastika. Sedangkan di bidang Pawongan dan Palemahan di wewidangan Ubud Kelod di urus oleh prajuru Banjar Adat.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Banjar Adat Ubud Kelod :

1. Di Bidang Politik
Membangun sistem perpolitikan yang netralitas.

2. Di Bidang Ekonomi
Sejak tahun 2001 mendapat bantuan dana Rp. 15.000.000,- dari mantan Bupati Gianyar Tjokorda Budi Suryawan SH, M.Si. kemudian tahun 2008 oleh Bupati Gianyar A.A. Gede Agung Bharata, SH Rp. 10.000.000,- ditambah dengan bantuan Banjar Adat dan Desa Adat Ubud Kelod permodalan yang di
manajemen dengan sistem manajemen modern sudah mengedarkan uang Rp. 1.139.161.717,- per bulan juni mulai maret 2007.

3. Di Bidang Pendidikan
Banjar Ubud Kelod mendirikan “Prema Ananda Foundation” (Yayasan Prema & Ananda) yang bergerak di bidang Pendidikan, Sosial, Budaya dan Lingkungan. Khusus di bidang Pendidikan didirikanlah TK Prema & Ananda School di Balai Banjar dengan Biaya dari Banjar ± Rp. 150.000.000,- yang saat ini sudah memasuki tahun kedua penerimaan siswa baru. Pada awal juni 2008 yang lalu sudah menamatkan siswa 86 dari 106 siswa.

4. Seni Budaya

Di Ubud Kelod tahun 1960-an seni tari balet Ramayana identik dengan seni Banjar Ubud Kelod, karena saat itu sampai era 70-an seni tari balet Ramayana merupakan langganan pentas di Puri Ubud dan beberapa hotel di Bali. Saat ini di Ubud Kelod terdapat beberapa sekaa diantaranya :

a. Sekaa Angklung Silang Baang Banjar Ubud Kelod

Terdiri dari sekitar 60 orang, kegiatannya ngayah di Pura-pura yang ada di Pekraman Ubud dan Pura-pura lainnya serta ngayah pada setiap warga yang melaksanakan upacara adat.

b. Sekaa Gong PKK Kiduling Swari Br. Ubud Kelod

Terdiri dari ± 70 anggota, kegiatannya ngayah di Pura-pura dan secara regular mengadakan pertunjukn bagi wisatawan mancanegara di Stage Balai Banjar Ubud Kelod setiap hari Jumat jam 19.30 wita.

c. Sekaa Baleganjur

Terdiri dari 60-an anak-anak usia SD-SMP. Kegiatan ngayah, ngiring Sasuhunan Ida Bhatara setiap tedun dan akan di tingkatkan menjadi Sekaa Gong Lelambatan.

5. Bidang Olah Raga

Di Bidang olah raga Ubud Kelod setiap tahun dalam rangka 17 Agustus-an mengikuti lomba tarik tambang, sepak bila (futsall), volly, atletik, jalan santai, bulu tangkis, dll. Sering menjadi tiga besar. Di cabang sepak bola Banjar Ubud Kelod memiliki kesebelasan yang tangguh yaitu Putra Sesana FC yang sering menjadi langganan juara kompetisi Persegi Gianyar dan diundang dalam pertandingan turnamen sepak bola di seluruh Bali.

6. Bidang Keagamaan

Banjar Ubud Kelod ngamong Pura Catur Bhuana yang terletak di Balai Ba njar Ubud Kelod piodalannya jatuh pada Saniscara Umanis Watugunung bertepatan dengan
Piodalan Sang Hyang Aji Saraswati. Banjar Adat/Desa Adat Ubud Kelod di pekraman Ubud ngamong di Pura Desa salah satu dari Pura Kahyangan Tiga yang terletak di sebelah barat Catus Pata/Perempatan Agung jaba Puri Ubud.



by. Arby