Welcome to Ubud Kelod

Banjar Ubud Kelod adalah banjar yang dilahirkan dalam suasana pedesaan dari tahun 70-an keatas. Kehidupan masyarakatnya pada saat itu lebih banyak bertani, berkebun, beternak dan pertukangan. Khusus dengan kegiatan melukis, memahat, mematung, menari dan lebih banyak mengkhususkan diri pada upacara keagamaan yang bernuansa religius. Dengan perpaduan adat, budaya dan seni yang bernafaskan Agama Hindu.

20 Juni 2009

Wajah Pesta Kesenian Bali Berubah


Pesta Kesenian Bali merupakan ajang tahunan yang diselenggrakan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan. Tahun ini PKB memasuki tahun ke-31. PKB yang akan diselenggrakan dari tanggal 13 Juni sampai 11 Juli 2009, dengan mengusung tema “Mulat Sarira”, kembali ke jati diri, Pemerintah mencoba mengubah tampilan PKB dengan wajah dan konsep yang baru.

Pesta Kesenian Bali sendiri merupakan sebuah gagasan luhur oleh mantan Gubernur Bali, Prof. Ida Bagus Mantra yang mempunyai tujuan dasar yaitu menggali dan melestarikan seni budaya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penggalian dan pelestarian seni budaya meliputi filosofi, nilai-nilai luhur dan universal, konsep-konsep dasar, warisan budaya baik benda atau bukan benda yang bernilai sejarah tinggi, ilmu pengetahuan dan seni sebagai representasi peradaban serta pengembangan kesenian melalui kreasi, inovasi, adaptasi budaya dengan harapan agar tetap hidup dan ajeg berjcelanjutan dalam konteks perubahan waktu dan jaman serta dalam lingkungan yang selalu berubah.

Tahun ini PKB sudah memasuki tahun yang XXXI. Memang ada beberapa kekurangan yang dirasakan oleh Pemerintah Provinsi dalam pelaksanaan PKB beberpa tahun terakhir ini, maka dari itu Pemerintah berusaha mengubah format PKB dari biasanya. Suasana pasar malam memang kental dalam pelaksanaan PKB selama ini, Pemerintah berusaha mengubah image itu. Maka terbentuklah wajah PKB yang baru seperti sekarang ini. Stan kuliner mewarnai PKB XXXI, dimana sembilan kota dan kabupaten menampilkan kuliner khas mereka. Stan kuliner memang baru di PKB tahun ini. Jumlah stan kerajinan dan industri tahun ini berkurang drastis untuk menghilangkan kesan pasar malam. Selain pengerajin-pengerajin yang ditertibkan dalam PKB tahun ini, para pedagang asongan juga lebih ditertibkan. Pedagang asongan yang terjaring dalam PKB tahun ini berjumlah seratus orang. Mereka dibekali dengan baju kaos PKB XXXI dan Id Card untuk bisa memasuki areal Taman Budaya (Art Centre). Mereka juga dilarang duduk berjejer, untuk menghilangkan kesan pasar malam. Mereka dituntut untuk berjualan keliling, jika lelah mereka bisa duduk istirahat, namun dilarang duduk berjejer.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam format PKB bukan hanya dalam bentuk stan-stan yang ada di Art Centre saja, melainkan dalam pawai pembukaan PKB. Biasanya pawai dilakukan di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandhi), Jalan Raya Puputan, Niti Mandala Renon. Dalam PKB tahun 2009 jalur pawai lebih panjang, yaitu dimulai dari lapangan Puputan Badung hingga Art Centre. Panggung kehormatan pun ada tiga buah, yaitu di depan lapangan Puputan Badung, di Banjar Kelandis dan terakhir di Banjar Kedaton. Hal itu dilakukan supaya masyarakat luas bia dengan leluasa menonton pawai, kembali ke pemikiran awal sang penggagas PKB, Prof. Ida Bagus Mantra, bahwa pawai bukan untuk pejabat, melainkan untuk rakyat. Pemandangan beda dalam pawai PKB XXXI ini juga terlihat dengan tidak hadirnya Presiden untuk melepas pawai, dimana tahun-tahun sebelumnya Presiden selalu hadir untuk melepas pawai. Presiden hanya hadir dalam pembukaan PKB yang dilaksanakan di panggung terbuka Ardha Candra, Art Centre. Kehadiran Presiden SBY kala itu mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat.

Pementasan-pementasan kesenian juga ditingkatkan baik dalam segi kualitas maupun kuantitas dari tahun sebelumnya. Tahun ini pemerintah berusaha untuk membangkitkan seni musik Gambang, salah satu seni musik khas tradisional Bali. Seni musik Gambang merupakan salah satu cikal bakal dalam perkembangan seni musik-seni musik yang telah berkembang selama ini di Bali. Selain penampilan seni musik Gambang, terdapat juga tari-tarian, seni musik kontemporer, Utsawa Dharma Gita, lomba-lomba, dan partisipasi dari luar daerah baik dalam negeri maupun luar negeri.

Format PKB tahun 2009 memang telah berubah. Perubahan ini diharapkan berdampak positif bagi citra PKB yang melekat selama ini. Memang belum kelilhatan sempurna, namun dari sini terlihat bahwa Pemerintah telah bekerja keras untuk memulihkan citra PKB dan merealisaikan pemikiran awal konstruktor PKB, Prof. Ida Bagus Mantra. Akan tetapi, bagaimanapun bentuk dan formatnya, PKB merupakan ajang pesta kesenian yang pelaksanaannya selalu ditunggu oleh masyarakat.masyarakat berharap PKB akan semakin membaik dari tahun ke tahun.


15 Juni 2009

Ubud Writers & Readers 2009


Suka Duka : Compassion and Solidarity
7 October – 11 October 2009

The established will meet the new.
The East will cross paths with the West.
It will be a literary celebration like no other.

This year’s Ubud Writers & Readers Festival promises to be as exciting as ever. Our 2009 theme Suka-Duka: Compassion & Solidarity.

Suka Duka is an ancient communal wisdom that for centuries has been one of the main pillars of Bali’s traditional institutions and communities. The principle has guided the members of the traditional institutions, such as banjar (neighbourhood organisations) and desa pakraman (customary villages), to act as one single entity in dealing with life’s hardships and blessings. The suffering of one member will be shouldered by all, while the joy of one will be shared by the other.

The theme reflects the Festival’s commitment to turn this literary gathering into an inspiring moment, through which writers and readers from every corner of the world can establish a mutual understanding as well as a common platform to remind the world of the need to think and act as one single, compassionate entity, particularly during this epoch of violent conflicts and social turmoil.

Linger over a literary lunch or candle-lit dinner in some of Ubud’s elegant hotels and gracious homes featuring our acclaimed writers and visiting chefs. Enjoy poetry under the shade of a Buddhist stupa and late night martinis and readings in one of Ubud’s legendary bars. Be dazzled by some of the finest performance poets in the region in grass-roofed venues surrounded by ricefields. Watch plays and theatre in Ubud’s temples set in frangipani and lotus gardens.

Join workshops that teach the craft of writing, in between book launches, performances, exhibitions, cocktail parties and celebrations into the early hours of the morning.

And if that is not enough, the 2009 Festival will take to the streets once again with a dazzling carnival of poetry and performance in one of Ubud’s charming laneways.

Is it any wonder we are named ‘one of the six best literary festivals in the world!’

04 Juni 2009

Sisi Lain Lomba Kelurahan

Tidak terasa seminggu sudah Lomba Kelurahan Ubud berlalu, mungkin beberapa orang yang terlibat dalam persiapan ini, masih terbayang akan persiapan dan target-target yang akan ingin diwujudkan. Barangkali tak sedikit yang menargetkan agar Kelurahan Ubud yang kita cintai ini menjadi juaranya.... betapa tidak, antusiame masyarakat Ubud menyambut serta merta kegiatan ini, mulai dari rapat persiapan, pembentukan panitia, koordinasi, perbandingan, kemudian action, penataan kembali terhadap lingkungan, administrasi, bukan saja dari masing-masing rumah, tentu saja lingkungan banjar dan fasilitas umum lainnya, ditata kembali dengan memenuhi standar layaknya sebuah fasilitas entah apapun itu namanya...
Walaupun kini masih dalam tahap penantian istilah kata dari sebuah acara tv, H2C Harap-harap Cemas...., Tapi... sepertinya... bukan itu menjadi target utamanya. Ada sisi lain dan hikmah dari pelaksanaan kegiatan kelurahan ini sungguh membawa dampak positif yang teramat sangat, yakni;

Gotong Royong
Budaya gotong royong yang selama ini nyaris menghilang, kembali menggeliat dalam 5 bulan belakangan ini, meskipun rutinitas ngayah banjar dalam kegiatan adat maupun upacara keagamaan Ubud tak pernah kosong dalam lingkaran-lingkaran kalender, tidak saja kegiatan berdasarkan pawekon maupun perhitungan sasih(bulan).... juga kegiatan-kegiatan adat lainnya yang berhubungan dengan kemanusiaan. Suasana gotong royong memang terasa lain, aksi peduli lingkungan, yang terasa kurang sereg bila dilakukan sendiri, berubah menjadi penuh semangat. Membersihkan selokan, yang masih saja ada membudayakan diri membuang sampah ke saluran air yang sangat bertentngan dengan konsep Tri Hita Karena kan?! Ya.. semoga saja dengan gotong royong kepedulian terhadapa lingkungan semakin meningkat. Lanjutkan!!!

Kebersamaan & Kerjasama
Kerja sama dalam interaksi sosial untuk mewujudkan visi serta misi yang telah disepakati bersama dalam Lomba Kelurahan ini, tentu membutuhkan pertemuan dengan kwalitas dan kwantitas yang cukup intens, karena ada banyak hal yang kita benahi, ada banyak persiapan, ada banyak binaan-binaan. Terutama para Wanita Bali yang tak mau kalah, mendukung mengambil peran sesuai kodratinya, dalam kegiatan lomba kelurahan ini, para ibu-ibu PKK yang kini perpanjangan katanya menjadi Pemberdayaan Kesejahtraan Keluarga. Para ibu-ibu di banjar bukan hanya bisa ngegosip lho...., tapi serius dibina mengaplikasikan diri dala perannya mengijowantahkan 10 Program pokok PKK, yakni; Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, gotong royong, Sandang, Pangan, Pemahaman dan tata laksana rumah tangga, Pendidikan ketrampilan, Kesehatan, Mengembangkan Kehidupan berkoprasi, Kelestarian Lingkungan dan Perencanaan Sehat. Wow... bisa dibayangkan memenuhi setiap aspek kehidupan dong...., sungguh mulia wanita Bali. Ups.... ah bukan saja kaum ibu yang ambil dalam lomba kelurahan, tentu saja bapak-bapak dan tidak ketinggalan kaum muda yang tergabung dalam Sekaa Taruna jugalah.... ( ada dech).

Tertib Administrasi
Yang menjadi penilaian utama dalam lomba kelurahan bukan saja lingkungan tapi apa yang tertulis dan tercatat, baik sajian angka, jumlah berupa data adalah syarat mutlak, oleh karena tertib administrasi, merupakan informasi bagi kita untuk mengambil suatu kebijakan dan keputusan. Apa yang tersurat adalah hal yang tersirat di dalamnya, apakah itu mencerminkan pribadi-pribadi yang ada di dalamnya? barangkali merupakan gambaran sebuah transparasi yang berkecambah sesuai tuntutan reformasi atau juga demokrasi yang tumbuh dan berkembang dalam sebuah lingkungan, (alah... apaan tuch).
Begini-begini.... setiap aktipitas sosial yang ada di Banjar, baik itu sekaa, persatuan, organisasi, koprasi, sanggar Telematika diantaranya, harus jelas strukturnya, wadahnya, aktifitasnya, prestasinya, anggaotanya, agenda kegiatannya, persutannya, kepemilikan inventarisnya dan dana-dana yang dikelola, harus jelas sak detil-detilnya, transpansi itu maksudnya, terarah, terukur dapat dipertanggung jawabkan secara accountable.
Bukan saja organisasi, Jumlah Penduduk dengan segala status keberadaanya, keyakinan, pekerjaan, status tentunya menjadi perhatian yang cukup serius, untuk mengetahui laju tingkat perekonomian, kesejahteraan, (Poleksosbud Hankam).
Eh.... yang ga kalah penting, menjelang Pilpres 9 Juli nanti, Daftar Pemilih Tetap juga ada agar tidak ada saling tuding nantinya, ga terdaftarlah...., alasan golputlah, ternyata tertib administrasi saling terkait satu sama yang lainnya, sebagai landasan untuk cross_check lintas sektor kehidupan.
Nah... sekarang jelas kan maksud dan tujuan tertib administrasi???
Kreatipitas
Pada acara penilaianLomba Kelurahan Ubud, Selasa 26 Mei 2009, kelurahan Ubud nampakmenawan, ada banyak kreatifitas yang dapat ditunjukkan, bukan saja mulai dari penampilan diri dalam balutan tata busana, jalan dan fasilitas umum tampak bersih, banjar, tertata rapi lengkap dengan administrasi, dan pajangan kreativitas seni dimensi, ada foto, hidangan tata boga, bahkan banjar di sulap menjadi workshop bagi ketrampilan dan peukis, pematung, penari unjuk kebolehan.
Belum lagi Wantilan Ubud dan Puri Saren Ubud sebagai tempat central penyambutan tim juri penilai dari Provinsi Bali, karuan saja menjadi pusat perhatian.
Semua tertuang, seirama dengan gambelan Bali yang selalu dinamis, mengiringi dalam setiap ruang, gerak dan nafas kehidupan.

Ternyata...
Lomba Kelurahan Ubud menyisakan sepenggal kenangan, menyadarkan akan sisi lain dari sekedar sebuah lomba atau ajang, tentunya bukan lomba sialan...
Lomba Kelurahan ini, mengingatkan kita akan budaya gotong royong, kebersamaan dan kerjasama, disiplin dan berkreasi menyemangati hidup.
Semoga Kehidupan ini lebih hidup dalam bingkai kedamaian dan Ubud sebagai tempat yang Shanti.

01 Juni 2009

Kelurahan Ubud dinilai Tim Provinsi


Penyambutan Tim Penilai Tim Penilai oleh Bupati Gianyar beserta Instansi Masyarakat

Selasa (26/5) kemarin, Kelurahan Ubud dinilai oleh tim lomba kelurahan tingkat Provinsi Bali. Masyarakat Kelurahan Ubud tampak begitu antusias menyambut kedatangan Tim Penilai Lomba yang dipusatkan di Wantilan Desa Pakraman Ubud. Kegiatan lomba ini kontan menyedot perhatian para wisatawan yang ada di Ubud.

Tim Penilai menuju Balai Wantilan Ubud

Acara penilaian lomba tampak sedikit berbeda dari kelurahan daerah lainnya. Lomba diawali dengan doa bersama yang dipimpin Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati. Dimaksudkan, agar arwah almarhum Lurah Ubud, I Made Wartana, bisa tenang di sisi Tuhan, serta mendapatkan penghargaan atas jerih payahnya dalam mempersiapkan lomba Kelurahan Ubud.


Lurah Ubud, Wakapolsek Ubud & Danramil Ubud

Bupati Gianyar menyampaikan lomba kelurahan merupakan ajang evaluasi pembangunan dan mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam ikut serta mempercepat proses pembangunan. Perkembangan pariwisata saat ini tidak menjadikan masyarakatnya individual dan tersier tetapi masih berpartisipasi aktif secara bergotong royong mempercepat proses pembangunan. 'Ini potensi luar biasa Ubud, di samping potensi SDM serta delapan indikator pembangunan yang ada,' jelasnya.

Bendesa Ubud Tjokorda Raka Kertyasa, S.Sos
bersama Ketua Tim penilai Drs. I Wayan Sadia, M.Si


Ketua Tim Penilai Drs. I Wayan Sadia, M.Si. menyampaikan lomba ini merupakan sarana evaluasi kinerja pemerintahan dalam pembangunan dalam dua tahun terakhir dilihat dari delapan indikor penilaian. Melalui lomba diharapkan dapat memotivasi dan mendorong kelurahan dalam perbaikan pembangunan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Sementara Lurah Ubud, I Wayan Ardana, Ap. MA dalam laporannya menyebutkan Kelurahan Ubud merupakan satu-satunya Kelurahan di Kecamatan Ubud yang memiliki luas wilayah 7,8 Km2, dengan Jumlah penduduk 11.183 jiwa. Secara administratif Kelurahan Ubud terdiri dari 13 lingkungan, 6 desa pakraman, dan 12 banjar adat.

Mata pencaharian sebagian besar berkecimpung di sektor pariwisata. Satu hal yang patut dihargai dalam pembangunan di Kelurahan Ubud adalah terciptanya kesadaran dan partisipasi aktif yang begitu tinggi dari segenap komponen masyarakat.

Oleh karena itu, pembangunan yang berbasis potensi masyarakat menjadi konsep yang sangat realistis untuk terus ditingkatkan. 'Kondisi ini dimungkinkan mengingat Kelurahan Ubud sangat kaya dengan berbagai potensi untuk memajukan kesejahteran masyarakatnya. Dan, telah banyak berdampak positif bagi kondisi Kelurahan Ubud saat ini,' jelasnya.

Penyerahan Profil Ubud

Tak ketinggalan, peran serta Ubud Kelod dalam lomba tersebut. Dimana Sanggar Telematika yang di Suport Telkom di bawah pengawasan Sekaa Taruna Putra Sesana Ubud Kelod juga mendapat perhatian dari tim penilai. Mereka menilai perkembangan teknologi memang sangat dibutuhkan pada saat ini.

Tim penilai menonton profil yang diberikan Kelurahan di sanggar tersebut. Secara tidak langsung tim penilai sudah mendapatkan data-data kelurahan dalam bentuk audio visual. Dan dengan mudah melihat kegiatan sehari-hari di Kelurahan Ubud.


Suasana Penilaian di Banjar Ubud Kelod


Situasi Penilaian di Sanggar Telematika Ubud Kelod